Ribuan Orang Ikut Ritual Buka Luwur, Ngalap Berkah di Makam Ki Ageng Pantaran

Ritual Buka Luwur di Boyolali

Jumat, 2 Agustus 2024, ribuan orang memadati makam Pantaran di Desa Candisari, Kecamatan Gladagsari, Boyolali, untuk mengikuti upacara ritual buka luwur. Acara ini diadakan untuk ngalap berkah di makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi, yang terletak di lereng Gunung Merbabu.

Sejak pagi, ribuan pengunjung sudah mulai berdatangan, bahkan ada yang tiba sejak malam sebelumnya dan menginap di sekitar makam. Para peziarah berdoa dan berharap agar keinginan mereka terkabul.

Meskipun acara resmi telah selesai, banyak pengunjung yang masih terus berdatangan untuk berdoa di makam, yang dikenal juga dengan nama Ki Ageng Pantaran.

Pengunjung tidak hanya berasal dari Boyolali, tetapi juga datang dari berbagai daerah lain seperti Klaten, Sukoharjo, Salatiga, Magelang, dan bahkan dari Sumatera serta Kalimantan.

Acara pada Jumat terakhir bulan Suro ini diawali dengan kirab kain lurup makam dan sesaji. Warga sekitar datang membawa tumpeng, lauk-pauk, makanan, dan buah-buahan sebagai bagian dari perayaan.

Salah satu momen yang paling ditunggu adalah berebut gunungan, takir sesaji, dan potongan kain mori bekas lurup makam Ki Ageng Pantaran. Janur kuning dan tebu wulung yang dipasang di sekitar makam juga menjadi incaran pengunjung.

Makanan yang dibawa oleh warga setempat juga dibagikan kepada pengunjung, dengan harapan memberikan berkah sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti keselamatan dan kesuksesan.

Miyatun (57), salah seorang pengunjung dari Lampung, mengatakan, “Saya datang ke sini setiap tahun bersama rombongan untuk ngalap berkah dan sekaligus bertemu dengan sanak famili yang tinggal di Gladagsari dan sekitarnya.”

Menurut warga setempat, Ki Ageng Pantaran, yang merupakan tokoh penyebar agama Islam pada masa Kerajaan Demak Bintoro, dimakamkan di dukuh Pantaran, Desa Candisari.

Ki Ageng Pantaran juga dikenal sebagai pendiri Masjid Pantaran, yang dibangun pada masa yang sama dengan Masjid Demak Bintoro. Wilayah yang sekarang menjadi Desa Pantaran sebelumnya adalah daerah gersang yang menjadi makmur setelah Ki Ageng menemukan mata air.

Tokoh masyarakat Jarwanto mengajak semua untuk melestarikan tradisi leluhur dan memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan pariwisata serta menggerakkan ekonomi masyarakat. (HEV/AZR)

Recommended For You

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *