Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali melaporkan bahwa 75% sekolah dasar negeri (SDN) di Boyolali kekurangan murid pada Tahun Ajaran 2024/2025. Sebaliknya, beberapa sekolah swasta kelebihan murid hingga tidak bisa menerima pendaftar baru karena kuota telah penuh sejak tahun sebelumnya.
Guru di beberapa SD negeri melakukan berbagai upaya untuk menarik minat calon murid baru, seperti menggalang dana untuk membeli seragam dan alat tulis bagi murid baru. Namun, ada SD swasta yang peminatnya harus mendaftar 1-2 tahun sebelumnya.
Situasi ini menggambarkan ironi dalam pendidikan di Boyolali saat ini. SD negeri, yang dulu menjadi favorit masyarakat, kini kalah populer dibandingkan SD swasta, terutama yang menawarkan fasilitas full day school.
Sigit Muryanto, pengamat pendidikan dari LSM Satria Bina Bangsa, menyatakan bahwa banyak orang tua memilih SD swasta karena program-program yang lebih menarik. SD swasta dapat memenuhi kebutuhan siswa dan orang tua, terutama bagi orang tua yang bekerja hingga sore hari dan memilih sekolah dengan sistem full day.
Sigit juga menyebutkan bahwa orang tua yang bekerja cenderung tidak memiliki cukup waktu untuk berinteraksi dan mendidik anak, sehingga mereka lebih memilih SD swasta untuk memberikan pendidikan maksimal.
Selain itu, orang tua tidak perlu repot mengantar jemput anak pada siang hari jika sekolah menerapkan sistem full day.
Menurut Sigit, sebagian besar SD negeri belum mampu menawarkan fleksibilitas kurikulum yang diperlukan. Inovasi dan konsep pembelajaran lebih banyak diterapkan di SD swasta, yang lebih berfokus pada pembangunan karakter anak.
Sigit juga menolak anggapan bahwa kekurangan murid di SD negeri disebabkan oleh program Keluarga Berencana (KB) yang sukses atau berkurangnya jumlah pasangan subur.
Menurutnya, orang tua selalu mencari sekolah dengan kualitas terbaik, baik swasta maupun negeri. Ia menyarankan agar SD negeri dipimpin oleh kepala sekolah yang berkualitas dan inovatif serta mengurangi beban administratif guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Setyawan, Kepala Bidang SD Disdikbud Boyolali, mengungkapkan bahwa pada 2024, semua SDN menerima siswa baru.
Namun, hanya 25% yang memenuhi kuota ideal 28 siswa per kelas. Ia menjelaskan bahwa hanya ada satu atau dua SD di setiap kecamatan yang berhasil mencapai jumlah siswa yang diharapkan. (HEV/AZR)